THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 28 November 2010

HANTU JEMBATAN ANCOL


http://asiaramohammadridwan.files.wordpress.com/2010/04/ancol.jpg


Mengangkat cerita legenda rakyat ke layar lebar memang bukan barang baru lagi dalam industri perfilman dalam negeri. Nampaknya, kisah mistis dalam negara ini seolah tidak ada habisnya. Namun, MD Pictures coba menggarap sesuatu yang lain. Dalam benak kita, bicara mengenai jembatan ancol memang lekat dengan ikon si manisnya.
Berbeda dengan Si Manis Jembatan Ancol, film Hantu Jembatan Ancol ini berkisah mengenai seorang mahasiswa bernama Nikko (Ben Joshua), bertunangan dengan Donna (Nia Ramadhani). Keadaan baik–baik saja hingga suatu hari Nikko bertemu dengan seorang waiters bernama Livi (Nadilla Ernesta) di sebuah cafe.
Nikko memutuskan untuk selingkuh dengan Livi, sementara, gadis ini tidak mengetahui, bahwa Nikko telah bertunangan. Suatu hari, Livi hamil dan ia meminta pertanggungjawaban Nikko. Tidak sanggup menerima kenyataan ini, Livi dibunuh secara tidak sengaja oleh Niko lalu membuang mayatnya dari atas jembatan ancol. Kemudian cerita bergulir dengan plot yang tidak jauh berbeda dengan film horor lain, arwah Livi terus menghantui Nikko.
Memang tampak jelas, bahwa dari segi cerita film ini dapat ditegaskan, bukan remake dari Si Manis Jembatan Ancol. Namun, alur cerita film ini sendiri tidak dapat dibilang spesial, bahkan cukup datar. Dengan mengandalkan genre horornya, mungkin sang sutradara ingin menonjolkan performa dari si hantu itu sendiri, yang memang dapat dikatakan setiap kemunculannya dapat mendebar degub jantung. Jalinan cerita asmara segitiga juga mampu tampil dengan baik meski memunculkan konflik yang biasa.
Yang disayangkan adalah, kata–kata favorit si hantu, baik dari masih hidup sampai mati, “Sayang, cinta ini milik kita berdua”, terlalu sering dimunculkan sehingga membuat jenuh mendengarnya. Ditambah unsur humor yang coba ditampilkan oleh teman nikki, Jojo (Dennis Adiswara), kurang berhasil membangun sisi komedinya.
Untungnya, sound yang mencengangkan dapat menyelamatkan film ini sehingga, tidak terlalu bosan menontonnya. Sementara, untuk visualisasi gambar dapat dikatakan tidak mengecewakan. Dan, di sisi lain, karakter para pemain tidak ada yang istimewa, bahkan Ben Joshua yang dapat dibilang mendominasi film aktingnya kurang dapat menuai decak kagum. Hanya Marsha Arwan, sebagai adik Nikko yang autis dapat bermain apik dan sesuai kebutuhan disini.

0 komentar: